Minggu, 06 Mei 2012

Format Askep pada Klien dengan Demam Reumatik


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha  Esa, semata-mata atas segala limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat  menyelesaikan  makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan DEMAM REUMATIK ini, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam hal bentuk dan isi dari pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca agar dapat bermanfaat dan diaplikasikan kedalam kehidupan pribadi, keluarga maupun bermasyarakat dalam  pengembangan Asuhan Keperawatan yang profesional.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam  pembuatan  Makalah ini, baik dalam bentuk maupun dari isi Makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah atau karya ilmiah kedepannya.













Jakarta, 6 mei 2012

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………
DAFTAR  ISI………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUN
     A. Latar Belakang……………………………………………….....
     B. Tujuan  Penulisan……………………………………………......
1.      Tujuan Umum
2.      Tujuan khusus
     C. Batasan Masalah………………………………………………..
     D. Metode penulisan……………………………………………….
     E. Sistematika Penulisan…………………………………………...
BAB II TINJAUAN TEORITIS
     A. Pengertian Demam reumatik.
     B. Anatomi fisiologi jantung.
     C. Patofisiologi
     D. Penyebab atau Etiologi Demam reumatik.
     E. Maniefestasi klinis Demam reumatik.
     F. Komplikasi Demam reumatik.
     G. Pemeriksaan Diagnostik Demam reumatik.
     H. Penatalaksanaan Demam reumatik.
     I. Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
     A. Ksimpulan…………………………………………………….....
     B. Saran…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam reumatik merupakan penyakit sistemik yang dapat berusifat akut, subakut, atau fulminan. Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri  Streptococcus betahemolyticus group A, mengakibatkan terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Penyakit ini akan menimbulkan gejala sisa (sekuele), yaitu Penyakit Jantung Rheumatik. Hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang penting ditangani dinegara-negara yang sedang berkembang.
Prevalensi demamrheumatik dan penyakit jantung rheumatic yang diperoleh dari penelitian WHO mulai tahun 1984 yaitu di-16 negara sedang berkembang diAfrika, Amerika Latin, Timur Jauh, Asia Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1-2,6 per 1.000 anak sekolah, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 per 1.000 anak sekolah. Sementara  prevalensi pada anak sekolah dibeberapa Negara Asia pada tahun 1980-an berkisar 1-10 per 1.000 anak sekolah.
Dari suatu penelitian yang dilakukan diIndia Selatan diperoleh prevalensi sebesar 4,9 per 1.000 anak sekolah, sementara angka yang didapat diThailand sebesar 1,2-2,1 per 1.000 anak sekolah. Sementara prevalensi Demam Rheumatik diIndonesia sendiri belum diketahui secara pasti meskipun beberapa penelitian yang  pernah dilakukan menunjukan bahwa prevalensi penyakit Jantung Rheumatik berkisar antara 0,3-0,8 per 1.000 anak sekolah.
Dengan demikian, secara kasar dapat dipastikan bahwa prealensi Demam Rheumatik diIndonesia pasti lebih tinggi dan angka tersebut mengingat penyakit Jantung Rheumatik merupakan akibat dari Demam Rheumatik. 
  
B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Mampu memberikan Yankes dan Asuhan Keperawatan yang professional sesuai dengan standar profesi keperawatan pada klien dan keluarga, sehingga keluarga dank lien dapat menyadari dan mengetahui arti penting dalam menangani sekaligus mengurangi atau meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh penyakit Demam rheumatik dan penyakit Jantung rheumatik ini.
2.      Tujuan Khusus

a)         Menjelaskan pengertian Demam reumatik.
b)        Menjelaskan Anatomi fisiologi jantung.
c)         Menjelaskan proses perjalanan penyakit (patofisiologi).
d)        Menjelaskan Penyebab atau Etiologi Demam reumatik.
e)         Menjelaskan akibat lanjut atau Maniefestasi klinis Demam reumatik.
f)         Menjabarkan Komplikasi Demam reumatik.
g)        Melakukan Pemeriksaan Diagnostik terhadap penderita Demam reumatik.
h)        Menjelaskan cara Penatalaksanaan Demam reumatik.
i)          Membuat Asuhan Keperawatan.


C.    Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang Demam reumatik antara lain pengertian, anatomi fisiologi jantung, patofisiologi, etiologi, maniefestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan, dan asuhan  keperawatan.

D.    Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode literatur, observasi dan wawancara, serta berpartisipasi aktif dalam penerapan Asuahan Keperawatan pada Klien.

E.     Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini dibuat secara Sistematik.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian
Demam reumatik adalah suatu penyakit peradangan serius yang dapat secara permanen mempengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup-katup jantung golongan A dengan gejala satu atau lebih gejala mayor yaitu poli artritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritma marginatum. (Ngastiyah, 2005; 112)

B.     Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot. bentunya menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut basis kardis. Dsebelah bawah agak runcing yang disebut aspeks kardis. Jantung berada didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus kordis. Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250 – 300 gram.
Adapun lapisan-lapisannya, yaitu :
    v  Endokardium (lapisan dalam)
    v  Miokardium (lapisan inti)
    v  Perikardium (lapisan luar)
Fungsi jantung adalah memompa darah kejaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.

C.    Patofisiologi
Dalam reumatik dinyatakan sebagai penyakit autoimun. Streptokok diketahui dapat menghasilan kurang lebih 20 produk ekstrasel diantaranya yang penting ialah streptolisin O, streptolisin S, jialuronidase, streptokinase, difosforidin, dan masih ada beberapa lagi.
Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi. DR diduga merupakan akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk kita. Kaplan mengemukakan hipotesis tentang adanya reaksi silang antibodi terhadap streptokok dengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip dengan streptokok. Inilah penyebab reaksi auto imun.

D.    Etiologi


Demam rheumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh beta streptokokus hemolyticus golongan A.
Faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam rheumatik dan penyakit jantung rheumatik terdapat pada individunya sendiri yaitu faktor genetik, jenis kelamin, golongan etnik, ras, umur dan keadaan gizi. Sedangkan faktor-faktor lingkungan adalah keadaan sosial, ekonomi yang buruk iklim dan geografi serta cuaca.

E.     Manifestasi Klinis
Gejala demam rheumatik terdiri dari 4 stadium yaitu :
Ø  Stadium I
      Stadium ini berupa adanya infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman beta hemolyticus golongan A dengan keluhan demam batuk, sakit menelan. Kadang disertai muntah dan diare. Pada pemeriksaan hasil terdapat eksudat dan tanda-tanda peradangan lainnya. Infeksi ini biasanya berlangsung selama dua sampai empat hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Ø  Stadium II
      Disebut periode laten masa antara infeksi streptokoccus dengan permulaan gejala demam rheumatik. Biasanya dalam waktu satu sampai tiga minggu, kecuali korea yang dapat timbul dalam enam minggu atau beberapa bulan kemudian.
Ø  Stadium II
      Adalah fase akut demam rheumatik. Gejala minor berupa gejala peradangan umum dengan didapatkannya demam tidak begitu tinggi, lesu, lekas tersiggung, berat badan menurun, anoreksia. Aemia dijumpai sebagai akibat tertekannya sistem eritropoletik, bertambahnya volume plasma, memendeknya umur eritrosit dan adanya perdarahan dari hidung (epistakasis).
Ø  Stadium IV
      Disebut juga stadium inaktif. Baik pasien DR tanpa kelainan jantung maupun dengan kelainan jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala kelaian. Tetapi pasien yang dengan kelainannya, pada fase ini pasien DR / PJR dapat mengalami reaktivitas peyakitnya. (Ngastiyah, 2005; 114)

F.     Komplikasi
Ø  Aritmia jantung
Ø  Gagal jantung
Ø  Parikarditis dengan efusi yang luas
Ø  Pneumonitis rheumatic
Ø  Emboli paru
Ø  Infark
Ø  Kelainan katup jantung. (Arif Mansjoer, 2000; 452)

G.    Pemeriksaan Diagnostik
Ø  Ekokardiografi: untuk mendiagnosa perikarditis
Ø  Perikardiosentasis: untuk mendiagnosis perikarditis
Ø  Pemeriksaan foto toraks: untuk mendeteksi kardiomegali
Ø Elektrokardiogram (EKG): bio atrioventrikuler (AV) dan pemanjangan segmen PR terdapat pada karditis
Ø Laju endap darah (LED): meningkat pada peradangan. (Cecily L. Betz & Linda A. Snowden, 2002; 432)

H.    Penatalaksanaan
 a) Istirahat
 b)  Eradikasi kuman streptokok
 c) Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya kardit
 d) Pengobatan suportif berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi.

I.       ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
v  Lakukan pengkajian fisik rutin
v  Dapatkan riwayat kesehatan khususnya mengenai bukti-bukti infeksi streptokokus antesenden
v  Observasi adanya menifestasi demam reumatik
v  Demam ringan, biasanya memuncak di sore hari
v  Epitaksis tidak dapat dijelaskan
v  Nyeri abdomen
v  Kelemahan
v  Keletihan
v  Pucat
v  Kehilangan nafsu makan
v  Penurunan berat badan
(Donna L. Wong, 2003; 531)
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri pada sendi b/d proses inflamasi
b.      Kurangnya pengetahuan orang tua atau anak b/d pengobatan, pembatasan aktivitas
c.       Resiko tinggi cedera b/d adanya organisme streptokokus

1.      Perencanaan
DX I : Gangguan rasa nyaman nyeri pada sendi b/d proses inflamasi
Tujuan : Terpenuhinya rasa nyaman dan aman.
Kriteria hasil : Menyatakan nyeri hilang.
Intervensi
Rasionalisasi
  - Anjurkan klien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri.

     -  Kaji dan catat respos pasien.

   - Tinggikan kepala tempat tidur bila klien nafas pendek.
   - Letakkan klien  pada istirahat total
  -  Menurunkan TD, nyeri dan penurunan demam dapat merangsang sistem saraf simpatis.
  - Memberikan inflamasi tentang kemajuan penyakit 
    - Memudahkan pertukaran gas.

 - Menurunkan kebutuhan oksigen untuk meminimalkan resiko cedera

DX II : Kurangnya pengetahuan orang tua atau anak b/d pengobatan, pembatasan aktivitas.
Tujuan : Orang tua dapat memahami tentang regumen pengobatan dengan pembatasan aktivitas.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang penyakit. 
Intervensi
Rasionalisasi
-          Kaji tingkat pengetahuan klien atau orang terdekat.
-          Waspada terhadap tanda penginderaan.

-          Berikan penguatan penjelasan faktor resiko, pembatasan diet, obat dan gejala yang memerlukan perhatian medis cepat.

-          Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi
-          Perlu untuk pengobatan instruksi individu.

-          Mekanisme perhatian alamiah seperti marah, menolak, dapat belajar.
-          Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi kontrol dalam program rehabilitasi.
-          Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan penyerapan materi

DX III : Resiko tinggi cedera b/d adanya organisme streptokokus.
Tujuan : klien  (keluarga) mematuhi program terapeutik keomplikasi atau rasa tidak nyaman yang dialami px minimal atau tidak ada.
Kriteria hasil : Anak dan keluarga mematuhi program terapeutik. Anak pulih dari penyakit dengan komplikasi atau ketidaknyamanan yang minimal atau tidak ada.
Intervensi
Rasionalisasi
-          Tanyakan pada keluarga dan anak yang lebih besar apakah anak pernah mengalami reaksi alergi terhadap penisilin.
-          Dorong istirahat dan nutrisi yang    adekuat.
-          Beri kesempatan pada anak dan keluarga
-          untuk mengugkapkan perasaan.
-          Jelaskan pada anak dan keluarga ttentang pentingnya pengawasan terus-menerus dan pengawasan kesehatan jangka panjang
-          Penisilin merupakan obat pilihan untuk demam rematik.
-          Untuk mendorong bertahan tubuh alami.
-          Untuk mempermudah koping yang positif.
-          Karena anak rentan terhadap kekambuhan demam rematik.
-           Untuk mengendalikan proses inflamasi dan menurunkan demam serta ketidaknyamanan



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demam rematik adalah suatu penyakit peradangan serius yang dapat secara permaen mempengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup-katup jantunggolongan A dengan gejala satu atau lebih gejala mayor yaitu poli artritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritma marginatum. (Ngastiyah, 2005; 112)

B.     Saran
Setelah para pembaca membaca makalah ini, kini saatnya penulis mengharapkan partisipasi para pembaca agar bersedia memberi kritikan dan sarannya yang bersifat membangun. Dengan demikian penulis bisa mengevaluasi kembali hasil makalah ini dan dapat direnovasi dimakalah atau karya ilmiah kedepannya nanti.



 DAFTAR PUSTAKA

Corwin J. Elizabeth, Buku saku Phatofisiologi, EGC, Jakarta, 2000.
Cecily L. Berz & Linda A. Snowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta, 2002.
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, Jakarta, 2005.
Arif Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta, 2000.


                             "You are what do you think about you'r self..."
                                                 Gbu all..











Tidak ada komentar: