KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya lah
makalah yang berjudul “TEORI MANAJEMEN KEPEMIMPINAN” ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Makalah ini diharapkan mampu memberi gambaran yang jelas tentang Standar Manajemen
Keperawatan secara khusus dalam dunia keperawatan.
Penulis menyadari makalah ini masih sangat
jauh dari sempurna baik dalam bentuk penulisan maupun isi dari makalah ini
sendiri, maka dari itu penulis sangat mengharapkan adanya masukan yang bersifat
membangun demi meningkatnya kualitas untuk penulisan yang akan datang.
Selamat membaca!!!
Jakarta,
07 mei 2012
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang .............................................................................
- Rumusan
Masalah.........................................................................
- Tujuan
Penulisan...........................................................................
- Batasan
Masalah...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepemimpinan...........................................................
2. Teori Kepemimpinan...................................................................
3. Macam-macam Gaya kepemimpinan............................................
4. kepemimpinan yang efektif...........................................................
5. Pengaruh Pimpinan dan kekuasaan..............................................
6. Hubungan Pimpinan dan kepemimpinan.......................................
7. Cara menangani Manajemen konflik............................................
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan .................................................................................
- Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manajemen
keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai
tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien
membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan
tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja
keperawatan non profesional.
Mc.
Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara
keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa
yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain.
Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat
tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu
hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Pimpinan
menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk
suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa
terancam dan ketakutan. Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan
maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik,
yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang
profesional.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Kepemimpinan?
2. Apa
saja Teori Kepemimpinan?
3. Apa
macam-macam Gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana
Kepemimpinan yang efektif?
5. Apa
saja pengaruh Kepemimpinan dan kekuasaan?
6. Apa
hubungan Pimpinan dan kepemimpinan?
7. Bagaimana
cara menangani Manajemen konflik?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian Kepemimpinan
2. Menjelaskan
apa saja Teori Kepemimpinan
3. Memaparkan
macam-macam Gaya kepemimpinan
4. Menguraikan
Kepemimpinan yang efektif
5. Menjelaskan
pengaruh Kepemimpinan dan kekuasaan
6. Menjelaskan
hubungan Pimpinan dan kepemimpinan
7. Memaparkan
cara menangani Manajemen konflik
D.
Batasan
Masalah
Berhubung
materi tentang kepemimpinan sangat komplek maka penulis membatasi ruang lingkup
pembahasan dalam makalah ini, adapun yang dibahas adalah pengertian
Kepemimpinan, Teori Kepemimpinan, macam-macam Gaya kepemimpinan, Menguraikan
Kepemimpinan yang efektif, Menjelaskan pengaruh, Kepemimpinan dan kekuasaan,
Menjelaskan hubungan Pimpinan dan kepemimpinan, dan Memaparkan cara menangani
Manajemen konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Ada
beberapa batasan tentang Kepemimpinan
antara lain :
a. Kepemimpinan adalah
perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut
mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan
tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).
b. Kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk
mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Stogdill).
c. Kepemimpinan adalah
hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap
orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Georgy R. Terry).
d. Kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu (Paul Hersay, Ken Blanchard).
Dapat
dipahami dari empat batasan diatas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada
seseorang yang karena sifat-sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu
sesuai dengan apa yang diinginkannya.
B. Teori Kepemimpinan
Ada
beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
a. Teori orang besar atau
teori bakat.
Teori orang besar (the great men
theory) atau teori bakat (Trait theory) ini adalah teori klasik dari
kepemimpinan. Disini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat
tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak
lahir.
b. Teori situasi.
Bertolak belakang dengan teori
bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori ini muncul sebagai
hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata
dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan
bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang
menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai
pemimpin.
c. Teori Ekologi.
Sekalipun teori situasi kini banyak
dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun
dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah
berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang
baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang
menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin,
tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-bakat tertentu yang
terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.
C. Gaya Kepemimpinan
Telah
disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku
yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang
lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang
diperlihatkan juga tidak sama.
Berbagai
gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu :
a.
Gaya Kepemimpinan
Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial
leadership style) ini upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan
ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan, karena
mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
b.
Gaya Kepemimpinan
Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini (autocratic
leadership style) segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau
kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki
sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
c.
Gaya Kepemimpinan
Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic
leadership style) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan secara musyawarah, hubungan
dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini
mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih
obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
Sedangkan kelemahannya : keputusan
serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta
keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
d.
Gaya Kepemimpinan
Santai
Pada gaya kepemimpinan santai ini,
peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan
kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing-masing sesuai dengan kehendak masing-masing pula.
D. Kepemimpinan yang
Efektif
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang
lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi
terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif
antara lain menurut :
1.
Ruth M. Trapper (1989),
membagi menjadi 5 komponen :
a. Menentukan tujuan yang
jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan dan ketrampilan
kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
b. Memiliki kesadaran diri
dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
c. Berkomunikasi dengan
jelas dan efektif.
d. Mengerahkan energi yang
cukup untuk kegiatan kepemimpinan.
e. Mengambil tindakan.
2.
Hellander (1974).
Dikatakan efektif apabila pengikutnya
melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan
alternatif kegiatan.
3.
Bennis (Lancaster dan
Lancaster, 1982)
a. Mempunyai pengetahuan
yang luas dan kompleks tentang sistem manusia (hubungan antar manusia).
b.
Menerapkan pengetahuan
tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
c.
Mempunyai kemampuan
hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
d.
Mempunyai sekelompok
nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan
baik.
4.
Gibson (Lancaster dan
Lancaster, 1982).
Seorang
pemimpin harus mempertimbangkan hal berikut, yaitu :
a.
Kewaspadaan diri.
Kewaspadaan
diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain.
Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya
justru telah menghambatnya.
b.
Karakteristik kelompok.
Seorang
pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai-nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
c.
Karakteristik individu.
Pemahaman
tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik
dan masing-masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
E. Pimpinan dan Kekuasaan
Menurut
Gardner yang dikutip oleh Russel (2000) mendefinisikan kekuasaan sebagai
suatu kapasitas uuntuk memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk
menghambat mereka yang tidak mempunyai keinginan.
Dasar-dasar kekuasaan Franch dan Raven
mengemukakan lima dasar kekuasaan interpersonal, yaitu :
1.
Kekuasaan legitimasi.
Kekuasaan yang sah adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi sehubungan dengan posisinya. Kekuasaan legitimasi
tidak tergantung kepada bawahan. Seseorang dengan posisi yang lebih tinggi dalam
organisasi mempunyai kekuasaan pada orang-orang yang di bawahnya.
2.
Kekuasaan penghargaan.
Pimpinan yang menggunakan kekuasaan
legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari
bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila
pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai, misalnya: kenaikan gaji,
pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain-lain.
3.
Kekuasaan paksaan.
Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan
dengan hukuman. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun kekuasaan
paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif dalam
organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
4.
Kekuasaan kharisma.
Seseorang pemimpin yamg kharismatik
dapat mempengaruhi orang karena benar-benar dari pribadi dan tingkah laku dari
pimpinan tersebut.
5.
Kekuasaan ahli.
Seseorang
yang mempunyai keahlian khusus mempunyai nilai yang lebih tinggi.
F. Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer
atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi
manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut
:
1.
Pimpinan tingkat
pertama (Lower Manager).
Adalah pimpinan yang langsung
berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau
memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki
proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang
terkecil.
2.
Pimpinan tingkat
menengah (Middle Manager).
Adalah pimpinan yang berada satu
tingkat diatas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan
komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager, yakni pimpinan
puncak (diatas Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki
kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya.
Konseptual skill adalah keterampilan
dalam penyusunan konsep-konsep, identifikasi, dan penggambaran hal-hal yang abstrak.
Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara
teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi
dengan sesama manusia lain.
3.
Pimpinan puncak (Top
Manager).
Pimpinan puncak adalah manajer yang
menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama
pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual
skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
Hubungan antar manusia ada dua jenis :
a. Human Relations Adalah
hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina lancarnya tim
kerja.
b. Public Relations Adalah
hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.
Tugas-tugas
pimpinan :
a.
Sebagai pengambil
keputusan.
b.
Sebagai pemikul
tanggung jawab.
c.
Mengerahkan sumber daya
untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual.
d.
Bekerja dengan atau
melalui orang lain.
e.
Sebagai mediator,
politikus dan diplomat.
Peranan
pemimpin terhadap kelompok :
a. Sebagai penghubung
interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok dalam melakukan tugas
secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memotivasi, mengatur
tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja diluar
kelompok.
b.
Sebagai inovator atau
pembaharu.
c. Sebagai pemberi
informasi, yaitu
: memonitori informasi yang ada dilingkungan organisasi,
menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakili kelompok sebagai
pembicara.
d.
Menghimpun kekuatan.
e.
Merangsang perdebatan
masyarakat.
f.
Membuat kedudukan perawat
di media massa.
g.
Memilih suatu strategi
utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat.
h.
Mempertahankan
kegiatan.
i.
Memelihara formaf desentralisasi
organisasi.
j.
Mendapatkan dan
mengembangkan data penelitian yang terbaik.
k.
Mempelajari pengalaman.
l.
Jangan menyerah tanpa
mencoba.
G. Manajemen Konflik
Konflik,
menurut Deutsch (1969) didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau perjuangan
yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku
seseorang yang terancam.
Penyebab
konflik, Edmund (1979) menyebutkan sembilan faktor umum yang berkaitan dengan
semua kemungkinan penyebab konflik, yaitu :
a.
Spesialisasi.
Sebuah kelompok yang bertanggung
jawab untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu memisahkan
dirinya dari keompok lain. Seringkali berakibat terjadinya konflik antar
kelompok.
b.
Peran yang bertugas
banyak.
Peran keperawatan membutuhkan
seseorang untuk dapat menjadi seorang manajer, seorang pemberi asuhan yang
trampil, seorang ahli dalam hubungan antar manusia, seorang negosiator,
penasihat dan sebagainya. Setiap subperan dengan tugas-tugasnya memerlukan
orientasi yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan konflik.
c.
Interdependensi peran.
Peran perawat pelaksana dalam
praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran perawat dalam tim kesehatan
yang multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu didiskusikan dengan orang lain
yang mungkin bersaing untuk area-area tertentu.
d.
Kekaburan tugas.
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua
dan kegagalan untuk memberikan tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu
tugas pada individu atau kelompok.
e.
Perbedaan.
Sekelompok orang dapat mengisi
peran yang sama tetapi perilaku sikap, emosi dan kognitif orang-orang ini terhadap
peran mereka bisa berbeda.
f.
Kekurangan sumber daya.
Persaingan ekonomi, pasien,
jabatan, adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi dan antar kelompok.
g.
Perubahan.
Saat perubahan menjadi lebih
tampak, maka kemungkinan tingkat konflik akan meningkat secara proporsional.
h.
Konflik tentang
imbalan.
Bila orang mendapat imbalan secara
berbeda-beda, maka sering timbul konflik, kecuali jika mereka terlibat dalam
perbuatan sistem imbalan.
i.
Masalah komunikasi.
Sikap
mendua, penyimpangan persepsi, kegagalan bahasa, dan penggunaan saluran
komunikasi secara tidak benar, semuanya akan menyebabkan konfllik.
Manajemen
atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut :
a.
Disiplin.
Upaya disiplin digunakan untuk
menata atau mencegah konflik, perawat pengelola harus mengetahui dan memahami
ketentuan peraturan organisasi. Jika ketentuan tersebut belum jelas maka perlu
dilakukan klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk mengoreksi atau memperbaiki
staf yang tidak diinginkan.
b.
Mempertahankan tahap
kehidupan.
Konflik
dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan sesuai dengan
tahapan kehidupannya, yang meliputi :
1.
Tahap dewasa muda.
2.
Tahap dewasa menengah.
3.
Tahap manusia diatas 55
tahun.
c.
Komunikasi.
Komunikasi merupakan seni yang
penting untuk mempertahankan lingkungan yang terapeutik. Melalui peningkatan
komunikasi yang efektif maka konflik dapat dicegah.
d.
Asertif training.
Perawat yang asertif mengetahui
bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya.
Peningkatan kesadaran, training sensitivitas dan training asertif dapat
meningkatkan kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi perilaku konflik.
Teknik
manajemen konflik :
a.
Menetapkan tujuan.
Apabila ingin terlibat dalam
manajemen konflik, maka perawat perlu memahami gambaran yang menyeluruh tentang
masalah atau konflik yang akan diselesaikan. Tujuan yang ingin dicapai antara
lain : meningkatkan alternatif penyelesaian masalah konflik, bila perlu
motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif penyelesaian
masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang terlibat konflik dapat
bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
b.
Memilih strategi :
1)
Menghindar.
Untuk mencegah konflik yang lebih
berat pada situasi yang memuncak, maka strategi menghindar merupakan alternatif
penyelesaian konflik yang bersifat sementara yang tepat untuk dipilih.
2)
Akomodasi.
Mengakomodasikan pihak yang
terlibat konflik dengan cara meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta
mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan cara
mengumpulkan data yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan bersama.
3)
Kompromi.
Dilakukan dengan mengambil jalan
tengah di antara kedua pihak yang terlibat konflik.
4)
Kompetisi.
Sebagai pimpinan, perawat dapat
menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas stafnya melalui upaya
meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.
5)
Kerja sama.
Apabila pihak-pihak yang terlibat
konflik bekerja sama untuk mengatasi konflik tersebut, maka konflik dapat
diselesaikan secara memuaskan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan
adalah profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya lebih luas, baik
sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti
keperawatan. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut diatas, maka
perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan
tentang kepemimpinan.
Pemimpin
keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik,
manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan. Dengan model
kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan dimasa yang akan datang profesi
keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik dimasyarakat luas sebagai
suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedang berkembang.
B. Saran
Kepemimpinan
yang baik adalah seorang katalisator
dalam memudahkan interaksi yang efektif diantara tenaga kerja, bahan dan waktu. Pemecahan masalah yang
tepat, kepemimpin yang netral, yang tidak memutuskan dan tidak ambil bagian
dalam isi diskusi kelompok sebenarnya, namun membantu para anggota untuk
berkomunikasi secara efektif. Pemimpin
yang baik adalah seseorang
yang dapat mempengaruhi orang lain agar
dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan
yang bermanfaat.
Harapan
kita semua, semoga para Pemimpin maupun calon pemimpin dinegara kita tercinta
Indonesia ini boleh memimpin bangsa dan negara dengan sebijaksana munkin dan
bisa menjadi pemimpin yang lebih efektif, agar terbina kesatuan dan persatuan
yang kokoh antar manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dengan terjalinnya
persatuan dan kesatuan yang erat, maka terciptalah Indonesia yang damai ,
makmur dan berwawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul
Anwar (1996), Pengantar administrasi
kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.
Djoko
Wiyono (1997), Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan, Airlangga University
Press, Surabaya.
La
Monika Elaine L (1998), Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, EGC, Jakarta.
Nursalam
(2002), Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan.
Prayitno
Subur (1997), Dasar - dasar administrasi
kesehatan masyarakat, Airlangga, University Press, Surabaya.
Swanburg
Russel C. (2000), Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan, EGC,
Jakarta.
"Damai itu Indah"