Senin, 07 Mei 2012

Teori Manajemen Kepemimpinan


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,  berkat rahmat-Nya lah makalah yang berjudul “TEORI MANAJEMEN KEPEMIMPINAN”  ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Makalah ini diharapkan mampu memberi gambaran yang jelas tentang Standar Manajemen Keperawatan secara khusus dalam dunia keperawatan.
Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna baik dalam bentuk penulisan maupun isi dari makalah ini sendiri, maka dari itu penulis sangat mengharapkan adanya masukan yang bersifat membangun demi meningkatnya kualitas untuk penulisan yang akan datang.
Selamat membaca!!!








Jakarta,  07 mei 2012

penyusun




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang .............................................................................
  2. Rumusan Masalah.........................................................................
  3. Tujuan Penulisan...........................................................................
  4. Batasan Masalah...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kepemimpinan...........................................................
2.      Teori Kepemimpinan...................................................................
3.      Macam-macam Gaya kepemimpinan............................................
4.      kepemimpinan yang efektif...........................................................
5.      Pengaruh Pimpinan dan kekuasaan..............................................
6.      Hubungan Pimpinan dan kepemimpinan.......................................
7.      Cara menangani Manajemen konflik............................................

BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan .................................................................................
  2. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan. Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

B.       Rumusan Masalah
1.  Apa pengertian Kepemimpinan?
2.  Apa saja Teori Kepemimpinan?
3.  Apa macam-macam Gaya kepemimpinan?
4.  Bagaimana Kepemimpinan yang efektif?
5.  Apa saja pengaruh Kepemimpinan dan kekuasaan?
6.  Apa hubungan Pimpinan dan kepemimpinan?
7.  Bagaimana cara menangani Manajemen konflik?

C.      Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian Kepemimpinan
2.      Menjelaskan apa saja Teori Kepemimpinan
3.      Memaparkan macam-macam Gaya kepemimpinan
4.      Menguraikan Kepemimpinan yang efektif
5.      Menjelaskan pengaruh Kepemimpinan dan kekuasaan
6.      Menjelaskan hubungan Pimpinan dan kepemimpinan
7.      Memaparkan cara menangani Manajemen konflik

D.      Batasan Masalah
Berhubung materi tentang kepemimpinan sangat komplek maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini, adapun yang dibahas adalah pengertian Kepemimpinan, Teori Kepemimpinan, macam-macam Gaya kepemimpinan, Menguraikan Kepemimpinan yang efektif, Menjelaskan pengaruh, Kepemimpinan dan kekuasaan, Menjelaskan hubungan Pimpinan dan kepemimpinan, dan Memaparkan cara menangani Manajemen konflik.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang Kepemimpinan antara lain :
a.  Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).
b.  Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Stogdill).
c.  Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Georgy R. Terry).
d.  Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu (Paul Hersay, Ken Blanchard).
Dapat dipahami dari empat batasan diatas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada seseorang yang karena sifat-sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.

B.       Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
a.  Teori orang besar atau teori bakat.
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait theory) ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Disini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.
b.   Teori situasi.
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
c.   Teori Ekologi.
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.

C.      Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang diperlihatkan juga tidak sama.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
a.    Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
b.    Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini (autocratic leadership style) segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
c.    Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah, hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
d.   Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai ini, peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing-masing sesuai dengan kehendak masing-masing pula.

D.      Kepemimpinan yang Efektif
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
1.        Ruth M. Trapper (1989), membagi menjadi 5 komponen :
a.  Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
b.  Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
c.   Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
d.  Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan.
e.   Mengambil tindakan.
2.        Hellander (1974).
Dikatakan efektif apabila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
3.        Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)
a.  Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia (hubungan antar manusia).
b.    Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
c.    Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
d.   Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
4.        Gibson (Lancaster dan Lancaster, 1982).
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan hal berikut, yaitu :
a.    Kewaspadaan diri.
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
b.    Karakteristik kelompok.
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai-nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
c.    Karakteristik individu.
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing-masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
E.       Pimpinan dan Kekuasaan
Menurut Gardner yang dikutip oleh Russel (2000) mendefinisikan kekuasaan sebagai suatu kapasitas uuntuk memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk menghambat mereka yang tidak mempunyai keinginan.
Dasar-dasar kekuasaan Franch dan Raven mengemukakan lima dasar kekuasaan interpersonal, yaitu :
1.        Kekuasaan legitimasi.
Kekuasaan yang sah adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sehubungan dengan posisinya. Kekuasaan legitimasi tidak tergantung kepada bawahan. Seseorang dengan posisi yang lebih tinggi dalam organisasi mempunyai kekuasaan pada orang-orang yang di bawahnya.
2.        Kekuasaan penghargaan.
Pimpinan yang menggunakan kekuasaan legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai, misalnya: kenaikan gaji, pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain-lain.
3.        Kekuasaan paksaan.
Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan dengan hukuman. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun kekuasaan paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif dalam organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
4.        Kekuasaan kharisma.
Seseorang pemimpin yamg kharismatik dapat mempengaruhi orang karena benar-benar dari pribadi dan tingkah laku dari pimpinan tersebut.
5.        Kekuasaan ahli.
Seseorang yang mempunyai keahlian khusus mempunyai nilai yang lebih tinggi.
F.       Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
1.        Pimpinan tingkat pertama (Lower Manager).
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
2.        Pimpinan tingkat menengah (Middle Manager).
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat diatas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager, yakni pimpinan puncak (diatas Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya.
Konseptual skill adalah keterampilan dalam penyusunan konsep-konsep, identifikasi, dan penggambaran hal-hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
3.        Pimpinan puncak (Top Manager).
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
Hubungan antar manusia ada dua jenis :
a.  Human Relations Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina lancarnya tim kerja.
b.  Public Relations Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.
Tugas-tugas pimpinan :
a.    Sebagai pengambil keputusan.
b.    Sebagai pemikul tanggung jawab.
c.    Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual.
d.   Bekerja dengan atau melalui orang lain.
e.    Sebagai mediator, politikus dan diplomat.
Peranan pemimpin terhadap kelompok :
a.    Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja diluar kelompok.
b.      Sebagai inovator atau pembaharu.
c.  Sebagai pemberi informasi, yaitu : memonitori informasi yang ada dilingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakili kelompok sebagai pembicara.
d.      Menghimpun kekuatan.
e.       Merangsang perdebatan masyarakat.
f.       Membuat kedudukan perawat di media massa.
g.      Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat.
h.      Mempertahankan kegiatan.
i.        Memelihara formaf desentralisasi organisasi.
j.        Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik.
k.      Mempelajari pengalaman.
l.        Jangan menyerah tanpa mencoba.
G.      Manajemen Konflik
Konflik, menurut Deutsch (1969) didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang yang terancam.
Penyebab konflik, Edmund (1979) menyebutkan sembilan faktor umum yang berkaitan dengan semua kemungkinan penyebab konflik, yaitu :
a.         Spesialisasi.
Sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari keompok lain. Seringkali berakibat terjadinya konflik antar kelompok.
b.         Peran yang bertugas banyak.
Peran keperawatan membutuhkan seseorang untuk dapat menjadi seorang manajer, seorang pemberi asuhan yang trampil, seorang ahli dalam hubungan antar manusia, seorang negosiator, penasihat dan sebagainya. Setiap subperan dengan tugas-tugasnya memerlukan orientasi yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan konflik.
c.         Interdependensi peran.
Peran perawat pelaksana dalam praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran perawat dalam tim kesehatan yang multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu didiskusikan dengan orang lain yang mungkin bersaing untuk area-area tertentu.
d.        Kekaburan tugas.
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua dan kegagalan untuk memberikan tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atau kelompok.
e.         Perbedaan.
Sekelompok orang dapat mengisi peran yang sama tetapi perilaku sikap, emosi dan kognitif orang-orang ini terhadap peran mereka bisa berbeda.
f.          Kekurangan sumber daya.
Persaingan ekonomi, pasien, jabatan, adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi dan antar kelompok.
g.         Perubahan.
Saat perubahan menjadi lebih tampak, maka kemungkinan tingkat konflik akan meningkat secara proporsional.
h.         Konflik tentang imbalan.
Bila orang mendapat imbalan secara berbeda-beda, maka sering timbul konflik, kecuali jika mereka terlibat dalam perbuatan sistem imbalan.
i.           Masalah komunikasi.
Sikap mendua, penyimpangan persepsi, kegagalan bahasa, dan penggunaan saluran komunikasi secara tidak benar, semuanya akan menyebabkan konfllik.
Manajemen atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut :
a.         Disiplin.
Upaya disiplin digunakan untuk menata atau mencegah konflik, perawat pengelola harus mengetahui dan memahami ketentuan peraturan organisasi. Jika ketentuan tersebut belum jelas maka perlu dilakukan klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk mengoreksi atau memperbaiki staf yang tidak diinginkan.
b.         Mempertahankan tahap kehidupan.
Konflik dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan sesuai dengan tahapan kehidupannya, yang meliputi :
1.        Tahap dewasa muda.
2.        Tahap dewasa menengah.
3.        Tahap manusia diatas 55 tahun.
c.         Komunikasi.
Komunikasi merupakan seni yang penting untuk mempertahankan lingkungan yang terapeutik. Melalui peningkatan komunikasi yang efektif maka konflik dapat dicegah.
d.        Asertif training.
Perawat yang asertif mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya. Peningkatan kesadaran, training sensitivitas dan training asertif dapat meningkatkan kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi perilaku konflik.
Teknik manajemen konflik :
a.         Menetapkan tujuan.
Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu memahami gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang akan diselesaikan. Tujuan yang ingin dicapai antara lain : meningkatkan alternatif penyelesaian masalah konflik, bila perlu motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang terlibat konflik dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
b.         Memilih strategi :
1)   Menghindar.
Untuk mencegah konflik yang lebih berat pada situasi yang memuncak, maka strategi menghindar merupakan alternatif penyelesaian konflik yang bersifat sementara yang tepat untuk dipilih.
2)   Akomodasi.
Mengakomodasikan pihak yang terlibat konflik dengan cara meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan cara mengumpulkan data yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan bersama.
3)   Kompromi.
Dilakukan dengan mengambil jalan tengah di antara kedua pihak yang terlibat konflik.
4)   Kompetisi.
Sebagai pimpinan, perawat dapat menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.
5)   Kerja sama.
Apabila pihak-pihak yang terlibat konflik bekerja sama untuk mengatasi konflik tersebut, maka konflik dapat diselesaikan secara memuaskan.




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Keperawatan adalah profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya lebih luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti keperawatan. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut diatas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang kepemimpinan.
Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan. Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan dimasa yang akan datang profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik dimasyarakat luas sebagai suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang.

B.       Saran
Kepemimpinan yang baik  adalah seorang katalisator dalam memudahkan interaksi yang efektif diantara tenaga kerja, bahan dan waktu. Pemecahan masalah yang tepat, kepemimpin yang netral, yang tidak memutuskan dan tidak ambil bagian dalam isi diskusi kelompok sebenarnya, namun membantu para anggota untuk berkomunikasi secara efektifPemimpin yang baik adalah seseorang  yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat.
Harapan kita semua, semoga para Pemimpin maupun calon pemimpin dinegara kita tercinta Indonesia ini boleh memimpin bangsa dan negara dengan sebijaksana munkin dan bisa menjadi pemimpin yang lebih efektif, agar terbina kesatuan dan persatuan yang kokoh antar manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dengan terjalinnya persatuan dan kesatuan yang erat, maka terciptalah Indonesia yang damai , makmur dan berwawasan.



DAFTAR PUSTAKA

Azrul Anwar  (1996), Pengantar administrasi kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.
Djoko Wiyono (1997), Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.
La Monika Elaine L (1998), Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, EGC, Jakarta.
Nursalam (2002), Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan.
Prayitno Subur  (1997), Dasar - dasar administrasi kesehatan masyarakat, Airlangga, University Press, Surabaya.
Swanburg Russel C. (2000), Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan, EGC, Jakarta.





"Damai itu Indah"